lp hidrocepalus

27

Click here to load reader

Upload: hermanto-ariadi

Post on 21-May-2017

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Hidrocepalus

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATANPASIEN DENGAN HIDROCEPHALUS

DI RUANG 7BRSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :Siti Munawaroh

NIM. 130070300011012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANPENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2014

Page 2: Lp Hidrocepalus

LAPORAN PENDAHULUANHIDROCEPALUS

A. DEFINISIMerupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang

progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari

jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang

meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.

Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya

tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang

tempat mengalirnya liquor.

Keadaan dimana terjadi penambahan volume dari cairan

serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruangan sub arakhnoid.

Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat produksi cairan serebrospinal

yang berlebihan, obstruksi jalur cairan cerebrospinal maupun gangguan

absorpsi cairan serebrospinal.

B. ETIOLOGI Hydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak cukupnya

penyerapan CSF pada otak atau obstruksi yang muncul mengganggu

sirkulasi CSF di sistim ventrikuler. Kondisi diatas pada bayi dikuti oleh

pembesaran kepala. Obstruksi pada lintasan yang sempit (Framina Monro,

Aquaductus Sylvius, Foramina Mengindie dan luschka ) pada ventrikuler

menyebabkan hidrocephalus yang disebut : Noncomunicating (Internal

Hidricephalus)

Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara ventrikel ke III

dan IV yang diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau tumor

sehingga CSF tidak dapat bersirkulasi dari sistim ventrikuler ke sirkulasi

subarahcnoid dimana secara normal akan diserap ke dalam pembuluh darah

sehingga menyebabkan ventrikel lateral dan ke III membesar dan terjadi

kenaikan ICP.

Tipe lain dari hidrocephalus disebut : Communcating (Eksternal

Hidrocephalus) dmana sirkulasi cairan dari sistim ventrikuler ke ruang

Page 3: Lp Hidrocepalus

subarahcnoid tidak terhalangi, ini mungkin disebabkan karena kesalahan

absorbsi cairan oleh sirkulasi vena. Type hidrocephalus terlihat bersama –

sama dengan malformasi cerebrospinal sebelumnya.

Pada prinsipnya hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari ketidak

seimbangan antara 4 produksi, obstruksi dan absorpsi dari CSS. Adapun

keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan

tersebut adalah:

1. Disgenesis serebri

46% hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan yang

terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral

akibat kegagalan dalam proses pembentukan otak dapat menyebabkan

penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak terdapatnya jaringan otak.

Salah satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang terjadi akibat

kegagalan pertumbuhan hemisferium serebri.

2. Produksi CSS yang berlebihan

Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab

tersering adalah papiloma pleksus khoroideus, hidrosefalus jenis ini dapat

disembuhkan.

3. Obstruksi aliran CSS

Sebagian besar kasus hidrosefalus termasuk dalam kategori ini.

Obstruksi dapat terjadi di dalam atau di luar sistem ventrikel. Obstruksi

dapat disebabkan beberapa kelainan seperti: perdarahan subarakhnoid

post trauma atau meningitis, di mana pada kedua proses tersebut terjadi

inflamasi dan eksudasi yang mengakibatkan sumbatan pada akuaduktus

Sylvius atau foramina pada ventrikel IV. Sistern basalis juga dapat

tersumbat oleh proses arakhnoiditis yang mengakibatkan hambatan dari

aliran CSS. Tumor fossa posterior juga dapat menekan dari arah belakang

yang mengakibatkan arteri basiliaris dapat menimbulkan obstruksi secara

intermiten, di mana obstruksi tersebut berhubungan dengan pulsasi arteri

yang bersangkutan.

4. Absorpsi CSS berkurang

Page 4: Lp Hidrocepalus

Kerusakan vili arakhnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorpsi

CSS, selanjutnya terjadi penimbunan CSS. Keadaan-keadaan yang dapat

menimbulkan kejadian tersebut adalah:

- Post meningitis

- Post perdarahan subarachnoid

- Kadar protein CSS yang sangat tinggi

5. Akibat atrofi serebri

Bila karena sesuatu sebab terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul

penimbunan CSS yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses

atrofi tersebut. Terdapat beberapa tempat yang merupakan predileksi

terjadinya hambatan aliran CSS :

o Foramen Interventrikularis Monroe

Apabila sumbatan terjadi unilateral maka akan menimbulkan pelebaran

ventrikel lateralis ipsilateral.

o Akuaduktus Serebri (Sylvius)

Sumbatan pada tempat ini akan menimbulkan pelebaran kedua ventrikel

lateralis dan ventrikel III.

o Ventrikel IV

Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua

ventrikel lateralis, dan ventrikel III dan akuaduktus serebri.

o Foramen Mediana Magendie dan Foramina Lateralis Luschka

Sumbatan pada tempat-tempat ini akan menyebabkan pelebaran pada

kedua ventrikel lateralis, ventrikel III, akuaduktus serebri dan ventrikel IV.

Keadaan ini dikenal sebagai sindrom Dandy-Walker.

o Ruang Sub Arakhnoid di sekitar medulla-oblongata, pons, dan

mesensefalon

Penyumbatan pada tempat ini akan menyebabkan pelebaran dari seluruh

sistem ventrikel. Akan tetapi apabila obstruksinya pada tingkat

mesensefalon maka pelebaran ventrikel otak tidak selebar seperti jika

Page 5: Lp Hidrocepalus

obstruksi terjadi di tempat lainnya. Hal ini terjadi karena penimbunan CSS

di sekitar batang otak akan menekan ventrikel otak dari luar.

C. TANDA DAN GEJALAGejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya

ukuran lingkar kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran lingkar

kepala terus bertambah besar, sutura-sutura melebar demikian juga

fontanela mayor dan minor melebar dan menonjol atau tegang. Beberapa

penderita hidrosefalus congenital dengan ukuran kepala yang besar saat

dilahirkan sehingga sering mempersulit proses persalinan, bahkan beberapa

kasus memerlukan operasi seksio sesaria. Tetapi sebagian besar anak-anak

dengan hidrosefalus tipe ini dilahirkan dengan ukuran kepala yang normal.

Baru pada saat perkembangan secara cepat terjadi perubahan proporsi

ukuran kepalanya. Akibat penonjolan lobus frontalis, bentuk kepala

cenderung menjadi brakhisefalik, kecuali pada sindrom Dandy-Walker

dimana kepala cenderung berbentuk dolikhosefalik, karena desakan dari

lobus oksipitalis akibat pembesaran fossa posterior. Sering dijumpai adanya

“Setting Sun Appearance Sign”, yaitu adanya retraksi dari kelopak mata dan

sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan bawah dari isi

ruang orbita, serta gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata

nampak seperti matahari terbenam.

Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena

subkutan. Pada perkusi kepala anak akan terdengar suara “cracked pot”,

berupa seperti suara kaca retak. Selain itu juga dijumpai gejala-gejala lain

seperti gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah, retardasi mental,

kegagalan untuk tumbuh secara optimal. Pada pasien-pasien tipe ini

biasanya tidak dijumpai adanya papil edema, tapi pada tahap akhir diskus

optikus tampak pucat dan penglihatan kabur. Secara pelan sikap tubuh anak

menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai. Gerakan

anak menjadi lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG CT Scan

Sistenogram radioisotop dengan scan .

USG

Page 6: Lp Hidrocepalus

Rontgen Kepala

Lingkar Kepala

Ventrikulografi

Pengambilan Cairan Serebrospinal

Pengambilan cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal

Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan

prosedur neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal

punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli.

E. PENATALAKSANAAN Prosedur pembedahan jalan pintas (ventrikulojugular,

ventrikuloperitoneal) shunt

Kedua prosedur diatas membutuhkan katheter yang dimasukan

kedalam ventrikel lateral : kemudian catheter tersebut dimasukan

kedalam ujung terminal tube pada vena jugular atau peritonium dimana

akan terjadi absorbsi kelebihan CSF.

Penatalaksanaan gizi, klien diberi asupan makanan yang tinggi kalori

dan tinggi protein

Terapi medikamentosa

Terapi pintas/shunting

Ada 2 macam cara yang dapat digunakan :

1. Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luas, dan bersifat hanya

sementara. Misalnya pungsi lumbal untuk terapi hidrosepalus

tekanan normal

2. Internal

a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain

b) Lumbo peritoneal shunt

CSS dialirkan dari resessus spinalis lumbalis ke rongga peritoneum

dengan operasi terbuka.

Tekhnik shunting :

- Sebuah kateter ventricular diamsukkan melalui kornu

oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan

setinggi foramen Monroe

- Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS

Page 7: Lp Hidrocepalus

untuk dilakukan analisis.

- Sebuah katub yang terdapat dalam system shunting ini,

baik yang terletak proksimal dengan tipe bola atau

diafragma, maupun yang terletak di distal dengan katub

berbentuk celah. Katub ini akan membuka pada tekanan

yang berkisar antara 5-150 mm H20.

- Ventrikulo-atrial shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke

dalam atrium kanan jantung melalui V.jugularis Interna

(dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).

- Ventrikulo-Peritoneal shunt

a. Selang slastik ditanam dalam lapisan subkutan

b. Ujung distal kateter ditempatkan pada ruang

peritoneum

F. PENATALAKSANAAN PERAWATAN KHUSUSHal – hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post –

operatif dan penilaian neurologis adalah sebagai berikut :

1) Post – Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.

2) Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup

(biasanya terletak pada tulang mastoid) di mana dokter dapat

memintanya di pompa.

3) Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.

4) Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.

5) Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga

adanya adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh);

gejala dan tanda yang teramati dapat berupa peningkatan ICP.

Hidrocephalus pada Anak atau Bayi Pembagian :

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:

1. Kongenital

Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi

dilahirkan, sehingga ;

- Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil

- Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan

Page 8: Lp Hidrocepalus

tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak

terganggu.

2. Di Dapat

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan

penyebabnya adalah penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma,

TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.

Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna,

tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan

intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital denga di

dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan

kemungkinan prognosanya..

Penyebab sumbatan ;

Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak

– anak ;

1. Kelainan kongenital

2. Infeksi di sebabkan oleh perlengketan meningen akibat infeksi

dapat terjadi pelebaran ventrikel pada masa akut ( misal ;

Meningitis )

3. Neoplasma

4. Perdarahan , misalnya perdarahan otak sebelum atau sesudah

lahir.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini

juga terbagi dalam dua bagianyaitu :

1. Hidrosefalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga

terdapat aliran bebas CSF dal;am sistem ventrikel sampai ke

tempat sumbatan.

2. Hidrosefalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel

sehingga menghambat aliran bebas dari CSF.

Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital

adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus

non komunikan.

Manifestasi Klinis

1. Bayi ;

Page 9: Lp Hidrocepalus

- Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3

tahun.

- Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela

menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

- Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial;

Muntah

Gelisah

Menangis dengan suara ringgi

Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi,

peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan

pupil, lethargi – stupor.

- Peningkatan tonus otot ekstrimitas

- Tanda – tanda fisik lainnya ;

Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh –

pembuluh darah terlihat jelas.

Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat

seolah – olah di atas iris.

Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”

Strabismus, nystagmus, atropi optik.

Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

2. Anak yang telah menutup suturanya ;

Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :

- Nyeri kepala

- Muntah

- Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas

- Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak

berumur 10 tahun.

- Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer

- Strabismus

- Perubahan pupil.

Page 10: Lp Hidrocepalus

G. INSIDENInsiden hidrosepalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insiden

hidrosepalus congenital adalah 0,5-1,8 pada setiap 1000 kelahiran. Dan 11-

43 % disebabkan oleh stenosis aquaductus cerebri. Tidak ada perbedaan

bermakna insiden untuk kedua jenis kelamin, juga dalam perbedaan ras.

Hidrocepalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa

lebih sering disebabkan oleh toxoplasmosis. Hidrocepalus infantile 46%

adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan

subarachnoid dan meningitis dan kurang dari 46% akibat tumor fossa

posterior.

H. PROGNOSIS Hidrosepalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa,

gangguan neurologi serta kecerdasan. Dan kelompok yang tidak diterapi, 50-

70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang

atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti

(arrested hidrosepalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang

normal. Pada kelompok yang di operasi, angka kematian karena berkisar

7%. Setelah di operasi sekitar 5% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar

16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali untuk anak

hidrosepalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok

multidisplin.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIANAnamnesa

1) Riwayat penyakit / keluhan utama

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan

ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

2) Riwayat Perkembangan

Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir

menangis keras atau tidak.

Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.

Page 11: Lp Hidrocepalus

Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.

Keluhan sakit perut.

Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi :

Anak dapat melioha keatas atau tidak.

Pembesaran kepala.

Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.

2) Palpasi

Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior

sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari

permukaan tengkorak.

3) Pemeriksaan Mata

Akomodasi.

Gerakan bola mata.

Luas lapang pandang

Konvergensi.

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa

melihat keatas.

Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

Observasi Tanda – Tanda Vital

Didapatkan data – data sebagai berikut :

Peningkatan sistole tekanan darah.

Penurunan nadi / Bradicardia.

Peningkatan frekwensi pernapasan.

Diagnosa Klinis :

Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan

lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi

terang )

Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “

Crakedpot “ (Mercewen’s Sign)

Opthalmoscopy : Edema Pupil.

Page 12: Lp Hidrocepalus

CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus

dengan nalisisi komputer.

Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

2. DIAGNOSA KEPERAWATANPre Operatif

1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri akut berhubungan dengan

meningkatkanya tekanan intrakranial .

Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis,

gelisah, kepala membesar

Tujuan ; Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Klien akan mendapatkan

kenyamanan, nyeri kepala berkurang

Kriteria hasil : Nyeri berkurang, tidak ada grimace meringis Kesakitan,

Kepala mengecil

Rencana Keperawatan :1. Berikan ruangan/lingkungan yang tenang sesuai indikasi

R/ Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas

pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi

2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang

penting

R/ Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

3. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala

agak tinggi sedikit.

R/ Menurunkan iritasi, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.

4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase

otot daerah leher/bahu

R/ Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang

meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.

5. Berikan tindakan kolaboratif pemberian analgesic (seperti

asetaminofen,kodein)

R/ Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.

2) Kecemasan sehubungan dengan keadaan yang akan mengalami

operasi.

Page 13: Lp Hidrocepalus

Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan

anaknya.

Tujuan : Setelah dilakukan pendekatan dan intervensi Kecemasan

berkurang atau dapat diatasi.

Kriteria Hasil : kecemasan berkurang

Rencana keperawatan :1. Kaji status mental dan tingakt ansietas dari pasien/keluarga. Catat

adanya tanda-tanda verbal atau nonverbal

R/ Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi

rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat

ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima

oleh individu

2. Berikan penjelasan dan persiapkan untuk tindakan prosedur

sebelum dilakukan

R/ Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan.

3. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan

perasaan takutnya

R/ Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut

dapat ditujukan

4. Libatkan keluarga dalam perawatan, perencanaan, motivasi dan

membuat keputusan

R/ Meningkatkan rasa control terhadap diri dan meningkatkan

kemandirian serta dukungan.

3) Resiko Kekurangan cairan sehubungan dengan intake yang kurang

diserta muntah.

Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Tidak terjadi kekurangan

cairan dan elektrolit.

Kriteria Hasil : muntah berkurang dan pemasukan cairan meningkat

Rencana keperawatan :1. Kaji tanda vital, peningkatan suhu/demam memanjang, takikardi,

hipotensi ortostatik

R/ peningkatan suhu meningkatkan laju metabolic dan kehilangan

cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan

Page 14: Lp Hidrocepalus

takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik

2. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah)

R/ Indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun

membrane mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan

oksigen tambahan

3. Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter uruine,

hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tampak.

Ukur berat badan sesuai indikasi

R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan

kebutuhan penggantian

4. Tekankan cairan sedikitnya 250cc/hari atau sesuai indikasi

R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko

dehidrasi

5. Kolaborasikan pemberian obat sesuai indikasi (antipiretik,

antiemetic)

R/ Berguna menurunkan kehilangan cairan

6. Berikan cairan IV sesuai keperluan

R/ Pada adanya penurunan masuka/banyak kehilangan,

penggunaan parenteral dapat memperbaiki kekurangan

Post – Operatif.1) Nyeri akut sehubungan dengan post operasi dilakukan pemasangan

shunt.

Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya

nyeri.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Rasa Nyaman Klien

akan terpenuhi, Nyeri berkurang

Kriteria hasil: Skala nyeri berkurang (1-3), Grimace kesakitan

berkurang

Rencana Keperawatan :1. Berikan ruangan/lingkungan yang tenang sesuai indikasi

R/ Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas

pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi

2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang

penting

Page 15: Lp Hidrocepalus

R/ Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

3. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala

agak tinggi sedikit.

R/ Menurunkan iritasi, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.

4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase

otot daerah leher/bahu

R/ Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang

meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.

5. Berikan tindakan kolaboratif pemberian analgesic (seperti

asetaminofen,kodein)

R/ Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.

6. Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.

7. Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt,

maka pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval

yang telah ditentukan.

R/ Mencegah terjadinya infeksi dan pemyebaran cairan terlalu

luas

8. Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam

pemompaan shunt.

R/ Menjaga kestabilan kondisi pasien

9. Berikan posisi yang nyaman. Hindari posisi pada tempat dilakukan

shunt.

R/ Meningkatkan rasa nyaman bagi pasien

10. Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan

muka (Pucat, dingin, berkeringat)

R/ Indikator adanya masalah pada nyeri

11. Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya.

R/ Memudahkan untuk mengatasi nyeri pasien

2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi

makanan.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Tidak terjadi

gangguan nutrisi.

Page 16: Lp Hidrocepalus

Kriteria Hasil : Adanya peningkatan BB, Turgor kulit normal, Mukosa

bibir normal, output dan input seimbang

Rencana Keperawatan :1. Kaji kemampuan pasien untuk menelan, mengunyah, batuk dan

mengatasi sekresi

R/ faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan

sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi

2. Timbang berat badan sesuai indikasi

R/ mengebaluasi kefektifan atau kebutuhan mengubah status

pemberian nutrisi

3. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti

tinggikan kepala tempat tidur pasien selama makan atau selama

pemberian makan lewat NGT

R/ menurunkan resiko terjadinya aspirasi

4. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

R/ Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien

terhadap nutrisi yang diberikan

5. Konsultasi dengan ahli gizi

R/ Merupakan sumber efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan

kalori/nutrisi tergantung pada berat badan, usia, penyakit.

6. Berikan makan dengan cara yang sesuai, seperti leawat selang

NG, member makanan lunak dan cairan agak kental

R/ Pemilihan rute tergantung pada kebutuhan dan kemampuan

pasien

7. Pertahankan kebersihan oral (mulut)

R/ Meningkatkan nafsu makan pasien

3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri

melalui shunt.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Tidak terjadi infeksi /

Klien bebas dari infeksi

Kriteria Hasil : suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda infeksi,

tidak terjadi komplikasi.

Rencana Keperawatan:1. Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.

Page 17: Lp Hidrocepalus

R/ Mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut

2. Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan

R/ Menurunkan resiko infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran

infeksi semakin meluas

3. Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.

R/ Timbulnya pengingkatan suhu sebagai indikasi adanya infeksi

4. Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan ekspirasi

shunt.

R/ Mencegah terjadi penyebaran infeksi dan mengontrol

pemajanan infeksi

4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit sehubungan dengan

imobilisasi.

Tujuan ; Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Pasien bebas dari

kerusakan integritas kulit dan kontraktur.

Kriteria Hasil : tidak terdapat iritasi pada kulit, keadaan kulit kering

dab bersih

Rencana K eperawatan : 1. Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.

R/ Meningkatkan sirkulasi pada kulit dan mengurangi tekanan

pada daerah tulang yang menonjol

2. Obsevasi terhadap tanda – tanda kerusakan integritas kulit dan

kontrkatur.

R/ Mencegah adanya kerusakan kulit yang bertambah parah

3. Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.

R/ Mencegah adanya iritasi pada kulit

4. Berikan latihan secara pasif dan perlahan – lahan

R/ Menstimulasi sirkulasi, menigkatkan nutris sel atau oksigenasi

jaringan, meningkatkan kesehatan jaringan

Page 18: Lp Hidrocepalus

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E,.2008. Rencana Asuhan Keperawtan :Ppedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta

Halminto,MP,. 2007 ., Dasar- Dasar Keperawatan Maternitas, Ed. VI, EGC,

Jakarta

Lynda Juall Carpenito. 2000. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8, EGC,

Jakarta

Soetomenggolo,T.S . Imael .S , 2006 . Neorologi Anak, Ikatan Dokter Indonesia,

Jakarta

Whaley and Wong. 2005. Nursing Care of Infants and Children, St.Louis :

Mosby Year Book

Page 19: Lp Hidrocepalus

Patofisioliogi Hidrocepalus

Kelainan bawaan (infeksi,neoplasma, perdarahan)

Malformasi

ObstruksiDilatasi proksimal sampai

tempat obstruksi

Ketidakseimbangan sekresi dan absorbsi CSS

Akumulasi CSS di ventrikel

Dilatasi bagian ventrikel

Menekan Otot

Sebelum penutupan

sutura

Pembesaran tulang

tengkorak

Setelah penutupan

sutura

Sutura terbuka

Hidrocepalus

TIK

Mual muntah

Gangguan aliran darah ke

otak

Nyeri kepala

Perubahan nutrisi

Perfusi jaringan

cerebral tidak efektif

(perubahan perfusi

cerebral)

Nyeri akut

Virus/bakteri masuk jaringan

otak

Peradangan otak

Pembentukan transudat dan

eksudat

Edema otak

Gangguan perfusi kerusakan jaringan

cerebral

Kerusakan integritas kulit

Tirah baring

Kesadaran

Resiko trauma

Page 20: Lp Hidrocepalus

TIK

Insisi bagian kepala dan abdomen

Dilakukan tindakan bedah VP shunt

Memasukkan kateter ke ventrikel otak dan peritonium

Luka bekas jahitan di kepala dan abdomen

Merangsang pusat nyeri di otak

Pelepasan mediator nyeri

Respon nyeri

Nyeri

Perubahan jaringan kulit

Kerusakan integritas kulit

Membutuhkan perawatan post operasi

Kegelisahan pasien

Aktivitas motorik tidak terkontrol

Penurunan kesadaran

Resiko trauma