ruri nurul jannah 9

20
INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI RURI NURUL JANNAH 12140270 5P-AK PEREKONOMIAN INDONESIA

Upload: ruri1139

Post on 12-Apr-2017

36 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ruri nurul jannah 9

INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN SEKTOR

INDUSTRI

RURI NURUL JANNAH12140270

5P-AKPEREKONOMIAN INDONESIA

Page 2: Ruri nurul jannah 9

Konsep dan Tujuan IndustrialisasiKonsep industrialisasi dalam sejarah pembangunan ekonomi berawal dari proses revolusi industri dengan serangkaian penemuan-penemuan baru yang inovativ. Industrialisasi merupakan proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan perdaganan antarnegara yang pada gilirannya sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong perubahan struktur ekonomi.Secara umum pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita hanya dapat terjamin lewat industrialisasi kecuali negara-negara yang sangat kaya akan SDA, seperti Kuwait dan Libya. 

Page 3: Ruri nurul jannah 9

Riedel (1992) : Industrialisasi bukanlah tujuan tapi strategi untuk mendukung proses pembangunan untuk mencapai peningkatan perdapatan perkapita.

 Chenery (1992) : Industrialisasi merupakan tahapan logis dari perubahan struktur industri yang diujudkan melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan kerja.

Page 4: Ruri nurul jannah 9

Sektor industri manufaktur di negara berkembang (LDCs) berkembang pesat. Pertumbuhan output yang tinggi ini terutama disebabkan oleh permintaan eksternal yang kuat dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 9,3% pertahun pada periode 1970-1995. Bahkan kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dijuluki a miraculous economy karena kinerja ekonominya yang sangat menakjubkan pada periode 1970-1995, dengan pertumbuhan rata-rata PDB 7,4% (dunia = 2,9%, LDCs = 4,6%). Industri manufaktur menjadi kontributor utama pertumbuhan dengan rata-rata 9,4% pertahun. Pangsa manufaktur dalam PDB naik dari 17,2% menjadi 26,9%.

Page 5: Ruri nurul jannah 9

Indonesia masih berada pada tahap awal industrialisasi tapi dengan kecepatan yang sangat pesat. Sejak tahun 1983 hingga dekade 1990-an peran sektor-sektor primer cenderung menurun, sementara sektor-sektor sekunder (industri manufaktur, listrik, gas, dan air, serta konstruksi) dan sektor-sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi, bank dan keuangan, dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya) terus meningkat.

Page 6: Ruri nurul jannah 9

 Dalam  kelompok  Asean,  share  output  industri  terhadap  PDB Indonesia  masih  relatif  kecil  meski  pertumbuhan  output  rata-ratanya  tinggi.  Ini  menandakan  bhw  Indonesia  belum memiliki tingkat  industrialisasi  yang  tinggi  dibanding  dengan  misalnya Malaysia dan Thailand. 

Page 7: Ruri nurul jannah 9

Berdasarkan nilai tambah sektor industri manufaktur (NTSIM) per kapita peringkat Indonesia pada tahun 1965 paling bawah dibanding LDCs lain. Negara-negara yang lebih awal memulai industrialisasinya seperti Meksiko, Brasil dan Turki memiliki NTSIM 15-30 kali NTSIM Indonesia. Pada dekade 1980-an dan 1990-an peringkat Indonesia naik hingga berada diatas Cina dan India. Sedangkan perbandingan dengan negara-negara Meksiko, Brasil, dan Turki tinggal menjadi 5-6 kali dibawahnya.

Page 8: Ruri nurul jannah 9

Pangsa ekspor manufaktur dari seluruh ekspor dipengaruhi oleh Pangsa ekspor manufaktur dari seluruh ekspor dipengaruhi oleh tingkat  kemajuan  industri  yang  terdapat  disuatu  negara. Meski tingkat  kemajuan  industri  yang  terdapat  disuatu  negara. Meski ditahun 1980-an  tumbuh cepat,  tahun 1995 nilai pangsa ekspor ditahun 1980-an  tumbuh cepat,  tahun 1995 nilai pangsa ekspor manufaktur  terhadap seluruh ekspor menjadi hanya sekitar 4% manufaktur  terhadap seluruh ekspor menjadi hanya sekitar 4% yang mana hampir sama dengan di Turki, Brasil, dan Malaysia. yang mana hampir sama dengan di Turki, Brasil, dan Malaysia. Cina dan India memiliki angka 50% dan Korea 60%. Cina dan India memiliki angka 50% dan Korea 60%. Ukuran  lain  adalah  rasio  NTSIM  terhadap  nilai  tampah  sektor Ukuran  lain  adalah  rasio  NTSIM  terhadap  nilai  tampah  sektor pertanian  yang  menunjukkan  kecendrungan  untuk  terus pertanian  yang  menunjukkan  kecendrungan  untuk  terus meningkat. meningkat.   

Page 9: Ruri nurul jannah 9

Tingkat pendalaman struktur industri juga Tingkat pendalaman struktur industri juga dapat dilihat dari pendalaman dalam dapat dilihat dari pendalaman dalam beragam jenis atau kelompok barang beragam jenis atau kelompok barang menurut sifat dan penggunaannya, misal menurut sifat dan penggunaannya, misal antara barang modal VS barang-barang antara barang modal VS barang-barang konsumsi; atau antara barang-barang konsumsi; atau antara barang-barang konsumsi sederhana VS barang konsumsi konsumsi sederhana VS barang konsumsi yang sophisticated atau durable; atau yang sophisticated atau durable; atau produk padat modal/teknologi/knowledge produk padat modal/teknologi/knowledge yang tinggi VS produk-produk padat karya. yang tinggi VS produk-produk padat karya. Menurut orientasi pasarnya, bisa berupa Menurut orientasi pasarnya, bisa berupa barang-barang untuk pasar domestik barang-barang untuk pasar domestik (import substituted goods) VS barang-(import substituted goods) VS barang-barang berorientasi ekspor. Jadi industri barang berorientasi ekspor. Jadi industri manufaktur terkait pada tiga hal : manufaktur terkait pada tiga hal : diversifikasi produk, intensitas pemakaian diversifikasi produk, intensitas pemakaian faktor-faktor produksi (termasuk SDA), dan faktor-faktor produksi (termasuk SDA), dan orientasi pasar.orientasi pasar.

Page 10: Ruri nurul jannah 9

Secara umum industri manufaktur di LDCs relatif masih terbelakang disebabkan faktor-faktor keterbatasan teknologi, kualitas SDM, Dana pemerintah dan swasta, intensitas kerja sama antar instittusi, dan lain-lain. Indikator keterbatasan teknologi salah satunya adalah tingkat produktifitas baik secara parsial ataupun keseluruhan yang disebut Total Faktor Productivity (TFP). Misal dalam kurun waktu 1968-1988 TFP Indonesia turun dari 5% menjadi 1%. Pada saat yang sama TFP Korea Selatan naik dari 3,4% menjadi 5%. Pada periode 1982-1988 TFP Indonesia hanya seperempat TFP Korsel.

Page 11: Ruri nurul jannah 9

Kelemahan-kelemahan Industri Manufaktur Indonesia

I. Kelemahan-kelemahan Struktural

II. Kelemahan-kelemahan organisasi

Page 12: Ruri nurul jannah 9

I. Kelemahan-kelemahan Struktural 1.     BASIS EKSPOR DAN PASAR YANG SEMPIT Tergantung 4 produk: kayu lapis, pakaian jadi,

tekstil, dan alas kaki dengan pangsa 50%. Sepuluh (10) produk menguasai 80% total ekspor.

Pasar terbatas kepada negara-negara yang menerapkan kuota (the Multi-fibre Agreement, MFA) seperti USA, EC, Kanada, Norway, dan Turkey. Tiga negara menyerap 50% ekspor manufaktur, sementara 50% ekspor pakaian jadi dan tekstil diserap USA.

Ekspor unggulan padat karya menurun akibat persaingan Cina dan Asia lainnya. Demand produk ekspor Indonesia di negara-negara maju inelastis.

Faktor eksternal berpengaruh signifikan dalam penurunan daya saing ekspor.

Page 13: Ruri nurul jannah 9

2. KETERGANTUNGAN PADA IMPOR SANGAT TINGGI

Karena terlalu besar bergantung pada PMA, industri-industri berteknologi tinggi seperti farmasi, kimia, elektronik, barang-barang konsumsi, alat-alat listrik, dan otomotif, maka industri manufaktur indonesia tidak sebenarnya tapi hanya merupakan penggabungan, pengepakan, dan assembling.

Page 14: Ruri nurul jannah 9

3. Tidak adanya/kurangnya Industri berteknologi mengengah

Kontribusi industri-industri berteknologi menengah seperti industri karet dan plastik, semen, logam dasar, dan barang-barang sederhana dari logam terus menurun.. Kontribusi produk-produk padat modal seperti material plastik, pupuk, bubuk kertas dan kertas, besi dan baja turun. Kecendrungan ini berbeda dengan negara-negara lain dengan derajat industrialisasi yang relatif sama.

Page 15: Ruri nurul jannah 9

Kelemahan-kelemahan organisasi 1. Industri Kecil dan Menengah masih

Underdeveloped2.    Konsentrasi Pasar. Pangsa output

(concentration ratio/CR4) oleh 4 perusahaan besar mencapai 75%

3.  Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi. Memusatkan lobi dibanding teknologi/daya saing untuk membangun relasi dagang.

4.    Lemahnya Sumber Daya Manusia

Page 16: Ruri nurul jannah 9

STRATEGI PEMBANGUAN SEKTOR INDUSTRISTRATEGI SUBSTITUSI IMPOR (SI) –

INWARD LOOKING STRATEGYSTRATEGI PROMOSI EKSPOR – OUTWARD

LOOKING STRATEGI

Page 17: Ruri nurul jannah 9

Argumen bagi STRATEGI SUBSTRITUSI IMPORSUMER DAYA ALAM DAN FAKTOR LAINPERMINTAAN PASAR DALAM NEGERIGROWTH POLE INDUSTRI DLM NEGERIKESEMPATAN KERJAMENGHEMAT DEVISA DAN

KETERGANTUNGAN DARI LUAR NEGERI

Page 18: Ruri nurul jannah 9

TAHAPAN STRATEGI SUBT. IMPORMEMBANGUN INDUSTRI BARANG-BARANG

KONSUMSIMENGEMBANGKAN INDUSTRI HULU

(UPSTREAM INDUSTRIES)

Page 19: Ruri nurul jannah 9

PENERAPAN STRATEGI SUBTSTITUSI IMPOR DI INDONESIABENTUK JOINT VENTURE SKALA BESAR DAN PADAT MODALINFANT INDUSTRY ARGUMENT- PROTEKSI

BERLEBIHAN DAN DALAM JANGKA WAKTU LAMA

HIGH COST ECONOMY-INEFFICIENTTIDAK PROFESIONAL, DAYA SAING

RENDAH TERGANTUNG IMPORTED CONTENTS

NERACA PEMBAYARAN TERANCAM

Page 20: Ruri nurul jannah 9

PENYEBAB KEGAGALAN (menurut Hasibuan, 1993)Ketidak siapan bahan baku dan tenaga kerjaKompetisi pasar kecil atau tidak adaKetergantungan pada impor tinggiPilihan teknologi produksi yang salahNilai tambah yang terus menurunProteksi yang tidak mendidik